Seperti yang telah diketahui, kegiatan tarekat-tarekat Sufi dalam bersosialisasi
dengan masyarakat. Seperti berdagang, sosialisasi untuk memperkokoh komunikasi
dengan masyarakat dan juga membantu praktek Sufi. Kadang-kadang, sosialisasi
menjadi keunggulan utama sebuah tarekat. Ini mungkin saja khusus tarekat yang terdahulu, dimana posisi syaikh memiliki
beberapa generasi dalam keluarga. Dalam suatu cerita seorang syaikh baru tentu
saja menjadi seorang wali pada level pertama syaikh-syaikh dibawah tarekat,
tetapi kadang-kadang berlangsung, sebagian karena seseorang lebih mungkin
memulai cabang tarekat baru di suatu tempat daripada mengikuti seorang syaikh
yang tidak signifikan sampai kematiannya dan kemudian mengambil alihnya. Itu
adalah kasus juga, bahwa sebuah tarekat yang sudah ditentukan itu lebih besar
daripada pilihan orang tuanya. Seperti yang telah diperhatikan, tingkatan
komitmen orang yang lebih rendah pada umumnya, peran yang dijalankan di dalam
kehidupan mereka itu kurang penting oleh Sufi.
Dalam suatu kegiatan, kemudian, tarekat Sufi dapat menjadi lebih
tradisi lokal daripada sesuatu yang menyerupai dinamika, tarekat- tarekat Sufi
berkembang lebih cepat. Kita pertimbangkan di dalam kontek seperti kehidupan
model syaikh. Di kota-kota “sosial” Sufi meyuruh untuk bercampur satu dengan
yang lain untuk meghasilkan suatu jenis sufi umumnya, lingkungan sekitar dihuni
oleh orang yang tidak mengikuti seorang syaikh istimewa sekalipun, tetapi
menghadiri keanekaragaman dhikrs dan mawlids, mendengarkan lagu
dengan suara monoton, bertemu dengan teman-teman, berbicara dan minum teh.
Meskipun Sufi memiliki kegiatan-kegiatan yang menjadi sebuah sosial daripada
aktivitas agama, itu akan menjadi salah ketika melihat seperti sosial
semata-mata. Banyak orang di Eropa pergi ke Gereja karena seseorang pergi ke
Gereja, tetapi tidak berhenti pergi ke Gereja yang menjadikan adanya aktivitas
agama dengan konsekuesi spiritual.

0 komentar:
Posting Komentar